-->

Tafsir ibnu katsir Surat Al Alaq Ayat 1-19

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Tafsir ibnu katsir  Surat Al Alaq Ayat 1-19


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang menceritakan bahwa permulaan wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah Saw. berupa mimpi yang benar dalam tidurnya. Dan beliau tidak sekali-kali melihat suatu mimpi, melainkan datangnya mimpi itu bagaikan sinar pagi hari.

Kemudian dijadikan baginya suka menyendiri, dan beliau sering datang ke Gua Hira, lalu melakukan ibadah di dalamnya selama beberapa malam yang berbilang dan untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Kemudian beliau pulang ke rumah Khadijah (istrinya) dan mengambil bekal lagi untuk melakukan hal yang sama.

Pada suatu hari ia dikejutkan dengan datangnya wahyu saat berada di Gua Hira. Malaikat pembawa wahyu masuk ke dalam gua menemuinya, lalu berkata, "Bacalah!" Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawabnya, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Maka malaikat itu memegangku dan mendekapku sehingga aku benar-benar kepayahan olehnya, setelah itu ia melepaskan diriku dan berkata lagi, "Bacalah!" Nabi Saw. menjawab, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Malaikat itu kembali mendekapku untuk kedua kalinya hingga benar-benar aku kepayahan, lalu melepaskan aku dan berkata, "Bacalah!" Aku menjawab, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Malaikat itu kembali mendekapku untuk ketiga kalinya hingga aku benar-benar kepayahan, lalu dia melepaskan aku dan berkata:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. (Al-'Alaq: 1) sampai dengan firman-Nya: apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 5)

Maka setelah itu Nabi Saw. pulang dengan hati yang gemetar hingga masuk menemui Khadijah, lalu bersabda:

«زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي»

Selimutilah aku, selimutilah aku!

Maka mereka menyelimutinya hingga rasa takutnya lenyap. Lalu setelah rasa takutnya lenyap, Khadijah bertanya, "Mengapa engkau?" Maka Nabi Saw. menceritakan kepadanya kejadian yang baru dialaminya dan bersabda, "Sesungguhnya aku merasa takut terhadap (keselamatan) diriku." Khadijah berkata, "Tidak demikian, bergembiralah engkau, maka demi Allah, Dia tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka bersilaturahmi, benar dalam berbicara, suka menolong orang yang kesusahan, gemar menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah."

Kemudian Khadijah membawanya kepada Waraqah ibnu Naufal ibnu Asad ibnu Abdul Uzza ibnu Qusay. Waraqah adalah saudara sepupu Khadijah dari pihak ayahnya, dan dia adalah seorang yang telah masuk agama Nasrani di masa Jahiliah dan pandai menulis Arab, lalu ia menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa Arab seperti apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, dan dia adalah seorang yang telah lanjut usia dan tuna netra.

Khadijah bertanya, "Hai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini." Waraqah bertanya, "Hai anak saudaraku, apakah yang telah engkau lihat?" Maka Nabi Saw. menceritakan kepadanya apa yang telah dialami dan dilihatnya. Setelah itu Waraqah berkata, "Dialah Namus (Malaikat Jibril) yang pernah turun kepada Musa. Aduhai, sekiranya diriku masih muda. Dan aduhai, sekiranya diriku masih hidup di saat kaummu mengusirmu."

Rasulullah Saw. memotong pembicaraan, "Apakah benar mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, tidak sekali-kali ada seseorang lelaki yang mendatangkan hal seperti apa yang engkau sampaikan, melainkan ia pasti dimusuhi. Dan jika aku dapat menjumpai harimu itu, maka aku akan menolongmu dengan pertolongan yang sekuat-kuatnya." Tidak lama kemudian Waraqah wafat, dan wahyu pun terhenti untuk sementara waktu hingga Rasulullah Saw. merasa sangat sedih.

Menurut berita yang sampai kepada kami, karena kesedihannya yang sangat, maka berulang kali ia mencoba untuk menjatuhkan dirinya dari puncak bukit yang tinggi. Akan tetapi, setiap kali beliau sampai di puncak bukit untuk menjatuhkan dirinya dari atasnya, maka Jibril menampakkan dirinya dan berkata kepadanya, "Hai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah utusan Allah yang sebenarnya," maka tenanglah hati beliau karena berita itu, lalu kembali pulang ke rumah keluarganya.

Dan manakala wahyu datang terlambat lagi, maka beliau berangkat untuk melakukan hal yang sama. Tetapi bila telah sampai di puncak bukit, kembali Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya dan mengatakan kepadanya hal yang sama.

Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui Az-Zuhri; dan kami telah membicarakan tentang hadis ini ditinjau dari segi sanad, matan, dan maknanya pada permulaan kitab syarah kami, yaitu Syarah Bukhari dengan pembahasan yang lengkap. Maka bagi yang ingin mendapatkan keterangan lebih lanjut, dipersilakan untuk merujuk kepada kitab itu, semuanya tertulis di sana.

Mula-mula wahyu Al-Qur'an yang diturunkan adalah ayat-ayat ini yang mulia lagi diberkati, ayat-ayat ini merupakan permulaan rahmat yang diturunkan oleh Allah karena kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya, dan merupakan nikmat yang mula-mula diberikan oleh Allah kepada mereka. Di dalam surat ini terkandung peringatan yang menggugah manusia kepada asal mula penciptaan manusia, yaitu dari 'alaqah. Dan bahwa di antara kemurahan Allah Swt. ialah Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti Allah telah memuliakan dan menghormati manusia dengan ilmu. Dan ilmu merupakan bobot tersendiri yang membedakan antara Abul Basyar (Adam) dengan malaikat. Ilmu itu adakalanya berada di hati, adakalanya berada di lisan, adakalanya pula berada di dalam tulisan tangan. Berarti ilmu itu mencakup tiga aspek, yaitu di hati, di lisan, dan di tulisan. Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya penguasaan pada kedua aspek lainnya, tetapi tidak sebaliknya. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:

{اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ}

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Penmrah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 3-5)

Di dalam sebuah asar disebutkan, "Ikatlah ilmu dengan tulisan." Dan masih disebutkan pula dalam asar, bahwa barang siapa yang mengamalkan ilmu yang dikuasainya, maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya

كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَى (6) أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى (7) إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى (8) أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى (9) عَبْدًا إِذَا صَلَّى (10) أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى الْهُدَى (11) أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى (12) أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى (13) أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى (14) كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ (15) نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ (16) فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ (17) سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ (18) كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ (19)

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu). Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan salat. Bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, sesungguhnya jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).

Allah Swt. menceritakan perihal manusia, bahwa manusia itu adalah makhluk yang mempunyai kesenangan, jahat, angkuh, dan melampaui batas apabila ia melihat dirinya telah berkecukupan dan banyak hartanya. Kemudian Allah mengancamnya dan memperingatkan kepadanya melalui firman berikutnya:

{إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى}

Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu). (A1-'Alaq: 8)

Yakni hanya kepada Allah-lah kamu kembali dan berpulang, lalu Dia akan mengadakan perhitungan terhadap hartamu dari manakah kamu hasilkan dan ke manakah kamu belanjakan?

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Ismail As-Sa'ig, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aim, telah menceritakan kepada kami Abu Umais, dari Aun yang telah mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan bahwa ada dua orang yang haus dan tidak pernah merasa kenyang, yaitu orang yang berilmu dan orang yang memiliki harta; tetapi keduanya tidak sama. Adapun orang yang berilmu, maka bertambahlah rida Tuhan Yang Maha Pemurah kepadanya. Adapun orang yang berharta, maka dia makin tenggelam di dalam kesesatannya (sikap melampaui batasnya). Kemudian Abdullah ibnu Mas'ud membacakan firman-Nya: Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup. (Al-'Alaq: 6-7) Dan terhadap orang yang berilmu, Abdullah ibnu Mas'ud membacakan firman Allah Swt.: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. (Fathir: 28)

Hal yang semakna telah diriwayatkan pula secara marfu' sampai kepada Rasulullah Saw., yaitu:

«مَنْهُومَانِ لَا يَشْبَعَانِ طَالِبُ عِلْمٍ وَطَالِبُ دُنْيَا»

Ada dua macam orang yang rakus selalu tidak merasa kenyang, yaitu penuntut ilmu dan pemburu duniawi.

Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:

{أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى عَبْدًا إِذَا صَلَّى}

Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan salat. (Al-'Alaq: 9-10)

Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap Abu Jahal laknatullah. Dia mengancam Nabi Saw. bila melakukan salat di Baitullah. Maka Allah Swt. pada mulanya menasihati Abu Jahal dengan cara yang terbaik, untuk itu Allah Swt. berfirman:

{أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى الْهُدَى}

Bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang itu berada di atas kebenaran. (Al-'Alaq: 11)

Yakni bagaimanakah menurut pendapatmu jika orang yang kamu larang ini berada di jalan yang Iurus dalam sepak terjangnya.

{أَمَرَ بِالتَّقْوَى}

Atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? (Al-'Alaq: 12)

melalui ucapannya, sedangkan engkau menghardiknya dan mengancamnya bila ia mengerjakan salatnya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:

{أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى}

Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? (Al-'Alaq: 14)

Artinya, tidakkah orang yang melarang orang yang mendapat petunjuk itu mengetahui bahwa Allah melihatnya dan mendengar pembicaraannya, dan kelak Dia akan membalas perbuatannya itu dengan balasan yang setimpal. Selanjutnya Allah Swt. memperingatkan dan mengancam dengan ancaman yang keras:

{كَلا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ}

Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti. (Al-'Alaq: 15)

Yaitu tidak lagi menghentikan perbuatannya yang selalu bermusuhan dan ingkar.

{لَنَسْفَعَنْ بِالنَّاصِيَةِ}

niscaya Kami tarik ubun-ubunnya. (Al-'Alaq: 15)

Yakni niscaya Kami benar-benar akan memberinya tanda hitam kelak di hari kiamat. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:

{نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ}

(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. (Al-'Alaq: 16)

Maksudnya, ubun-ubun Abu Jahal yang pendusta dalam ucapannya lagi durhaka dalam perbuatannya.

{فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ}

Maka biarlah dia memanggil golongannya. (Al-'Alaq: 17)

Yakni kaumnya dan kerabatnya, biarlah dia memanggil mereka untuk menolongnya.

{سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ}

kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah. (Al-'Alaq: 18)

Mereka adalah malaikat juru siksa; sehingga dia mengetahui siapakah yang menang, apakah golongan Kami ataukah golongan dia?

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَر، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ الجَزَري، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: قَالَ أَبُو جَهْلٍ: لَئِنْ رَأَيْتُ مُحَمَّدًا يُصَلِّي عِنْدَ الْكَعْبَةِ لَأَطَأَنَّ عَلَى عُنُقه. فبَلغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: "لَئِنْ فَعَلَهُ لَأَخَذَتْهُ الْمَلَائِكَةُ"

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Abdul Karim Al-Jazari, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Abu Jahal berkata, "Sesungguhnya jika aku melihat Muhammad sedang salat di dekat Ka'bah, aku benar-benar akan menginjak lehernya." Maka ancaman itu sampai kepada Nabi Saw., lalu beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya jika dia melakukan niatnya, benar-benar malaikat akan mengambilnya (menghukumnya).

Kemudian Imam Bukhari mengatakan bahwa periwayatan hadis ini diikuti oleh Amr ibnu Khalid, dari Ubaidillah ibnu Arar, dari Abdul Karim. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam Nasai di dalam kitab tafsir masing-masing melalui jalur Abdur Razzaq dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Abu Kuraib, dari Zakaria ibnu Addi, dari Ubaidillah ibnu Amr dengan sanad yang sama.

Imam Ahmad dan Imam Turmuzi serta Imam Nasai dan Ibnu Jarir telah meriwayatkannya, yang hadis berikut berdasarkan lafaz yang ada pada Ibnu Jarir, melalui jalur Daud ibnu Abu Hindun, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu Rasulullah Saw. sering melakukan salat di dekat maqam Ibrahim. Maka lewatlah kepadanya Abu Jahal ibnu Hisyam, lalu berkata, "Hai Muhammad, dengan apakah engkau mengancamku? Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku adalah penduduk lembah ini yang paling banyak pendukungnya." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah. (Al-'Alaq: 17-18)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa seandainya Abu Jahal memanggil golongannya (para pendukungnya), niscaya saat itu juga malaikat azab akan mengambilnya. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini kalau tidak hasan, sahih.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ زَيْدٍ أَبُو يَزِيدَ، حَدَّثَنَا فُرَات، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ أَبُو جَهْلٍ: لَئِنْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ يُصَلِّي عِنْدَ الْكَعْبَةِ لَآتِيَنَّهُ حَتَّى أَطَأَ عَلَى عُنُقِهِ. قَالَ: فَقَالَ: "لَوْ فَعَلَ لَأَخَذَتْهُ الْمَلَائِكَةُ عِيَانًا، وَلَوْ أَنَّ الْيَهُودَ تَمَنَّوا الْمَوْتَ لَمَاتُوا وَرَأَوْا مَقَاعِدَهُمْ مِنَ النَّارِ، وَلَوْ خَرَجَ الَّذِينَ يُبَاهلون رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَرَجَعُوا لَا يَجِدُونَ مَالًا وَلَا أَهْلًا"

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Yazid alias Abu Yazid, telah menceritakan kepada kami Furat, dari Abdul Karim, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abu Jahal pernah berkata, "Sesungguhnya jika aku melihat Rasulullah sedang mengerjakan salat di dekat Ka'bah, benar-benar aku akan menginjak lehernya (saat ia sujud)." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. bersabda: Seandainya dia melakukan niatnya itu, niscaya malaikat akan mengambilnya secara terang-terangan. Dan seandainya orang-orang Yahudi mengharapkan mati, niscaya mereka benar-benar mati dan akan melihat tempat kedudukan mereka di dalam neraka. Dan seandainya orang-orang yang bermubahalah dengan Rasulullah Saw. keluar (untuk melakukannya), niscaya saat mereka pulang ke rumahnya, mereka tidak akan menjumpai harta dan juga keluarga (mereka).

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abu Ishaq, dari Al-Walid ibnul Aizar, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abu Jahal pernah mengatakan bahwa sesungguhnya jika Muhammad kembali ke maqam Ibrahim untuk melakukan salat, aku benar-benar akan membunuhnya. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. (Al-'Alaq: 1) Sampai dengan firman-Nya: niscaya Kami tarik ubun-nbunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil MalaikatZabaniyah. (Al-'Alaq: 15-18) Maka Nabi Saw. Datang dan melakukan salatnya. Lalu dikatakan kepada Abu Jahal, "Mengapa engkau mengurungkan niatmu dan tidak melakukannya?" Abu Jahal menjawab, "Sesungguhnya ada bala tentara yang banyak sekali yang menghalang-halangi antara aku dengan dia."

Ibnu Abbas mengatakan bahwa demi Allah, seandainya Abu Jahal bergerak, benar-benar malaikat akan mengambilnya dengan terang-terangan, sedangkan orang-orang menyaksikannya.

Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir, dari ayahnya, telah menceritakan kepada kami Na'im ibnu Abu Hindun, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Abu Jahal pernah berkata, "Maukah kalian melihat wajah Muhammad ditaburi dengan debu di hadapan kalian?" Mereka menjawab, "Ya." Abu Hurairah melanjutkan, bahwa lalu Abu Jahal mengatakan, "Demi Lata dan 'Uzza, sesungguhnya jika aku melihat Muhammad sedang salat seperti ini (sujud), aku benar-benar akan menginjak lehernya dan benar-benar akan menaburkan debu ke mukanya." Maka datanglah Abu Jahal kepada Rasulullah Saw. yang sedang mengerjakan salat dengan maksud akan menginjak lehernya. Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa maka tiada yang mengejutkan mereka yang menyaksikan Abu Jahal melainkan karena mereka melihat Abu Jahal surut mundur ke belakang dan melindungi wajahnya dengan kedua tangannya. Ketika ditanyakan kepadanya, "Mengapa engkau?" Abu Jahal menjawab, "Sesungguhnya antara aku dan dia terdapat parit api dan pemandangan yang sangat menakutkan serta banyak sayap." Abu Hurairah melanjutkan, bahwa lalu Rasulullah Saw. bersabda:

«لَوْ دَنَا مِنِّي لَاخْتَطَفَتْهُ الْمَلَائِكَةُ عُضْوًا عُضْوًا»

Seandainya dia mendekat kepadaku, niscaya malaikat akan mencabik-cabik tubuhnya anggota demi anggota.

Perawi mengatakan bahwa lalu Allah menurunkan firman-Nya—apakah hal ini terdapat di dalam hadis Abu Hurairah ataukah tidak? saya tidak mengetahui—, yaitu: Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. (Al-'Alaq: 6), hingga akhir surat.

Imam Ahmad ibnu Hambal, Imam Muslim, Imam Nasai, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya melalui Mu'tamir ibnu Sulaiman dengan sanad yang sama.

*******************

Firman Allah Swt.:

{كَلا لَا تُطِعْهُ}

sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya. (Al-'Alaq: 19)

Yakni hai Muhammad, janganlah kamu patuh kepada orang itu yang melarang kamu melakukan rutinitas ibadahmu, melainkan teruskanlah salatmu menurut yang kamu sukai. Janganlah engkau pedulikan dia, karena sesungguhnya Allah-lah yang memeliharamu dan menolongmu, dan Dia akan memelihara kamu dari gangguan orang lain.

{وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ}

dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). (Al Alaq: 19)

Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadis sahih yang ada pada Imam Muslim melalui jalur Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Imarah ibnu Gazyah, dari Samiy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

«أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ»

Tempat yang paling dekat bagi seorang hamba kepada Tukannya ialah saat ia sedang sujud, maka perbanyaklah berdoa (padanya).

Dan dalam hadis terdahulu telah disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. melakukan sujud tilawah pada surat Insyiqaq dan Al-'Alaq.

Demikianlah akhir tafsir surat Al-'Alaq, segala puji bagi Allah atas karunia-Nya. 

Komentar