-->

Tafsir Ibnu Katsir Surat Ath-Thariq, ayat 1-17

 وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ (2) النَّجْمُ الثَّاقِبُ (3) إِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ (4) فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ (5) خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ (6) يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ (7) إِنَّهُ عَلَى رَجْعِهِ لَقَادِرٌ (8) يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ (9) فَمَا لَهُ مِنْ قُوَّةٍ وَلَا نَاصِرٍ (10)

Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus, tidak ada suatu jiwa pun (diri) melainkan ada penjaganya. Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari ditampakkan segala rahasia, maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong.

Tafsir Ibnu Katsir Surat Ath-Thariq, ayat 1-17


Allah Swt. bersumpah dengan menyebut nama langit dan semua bintang yang bersinar terang yang menghiasinya. Untuk itu, maka disebutkan oleh firman-Nya:

{وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ}

Demi langit dan yang datang pada malam hari. (Ath-Thariq: 1)

Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:

{وَمَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ}

tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (Ath-Thariq: 2)

Lalu ditafsirkan oleh firman Allah Swt.:

{النَّجْمُ الثَّاقِبُ}

 (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (Ath-Thariq: 3)

Qatadah dan lain-Lainnya mengatakan bahwa sesungguhnya bintang dinamakan Ath-Thariq tiada lain karena ia hanya dapat dilihat di malam hari, sedangkan siang hari tidak kelihatan. Hal ini diperkuat dengan apa yang disebutkan di dalam hadis sahih yang mengatakan:

نَهَى أَنْ يَطْرُقَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ طُرُوقًا

Beliau Saw. melarang seseorang mendatangi keluarganya di malam hari yang sudah larut.

Yakni dia pulang ke rumahnya dengan mengejutkan di malam hari. Di dalam hadis lain yang mengandung doa telah disebutkan:

"إِلَّا طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَا رَحْمَنُ"

kecuali orang yang datang di tengah malam dengan membawa kebaikan, ya Tuhan Yang Maha Pemurah.

Mengenai firman Allah Swt.:

{الثَّاقِبُ}

yang cahayanya menembus. (Ath-Thariq: 3)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang cahayanya terang. As-Saddi mengatakan, makna yang dimaksud ialah yang menembus setan-setan apabila dilemparkan kepadanya. Ikrimah mengatakan, makna yang dimaksud ialah yang cahayanya terang lagi membakar setan-setan.

Firman Allah Swt.:

{إِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ}

tidak ada suatu jiwa (diri) pun melainkan ada penjaganya. (Ath-Thariq: 4)

Yaitu sesungguhnya pada tiap diri terdapat malaikat yang menjaganya ditugaskan oleh Allah Swt. agar melindunginya dari berbagai bencana dan penyakit. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

لَهُ مُعَقِّباتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra'd: 11)

Adapun firman Allah Swt.:

{فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ}

Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? (Ath-Thariq: 5)

Ini mengingatkan manusia akan betapa lemahnya asal kejadiannya, sekaligus membimbingnya untuk mengakui adanya hari kemudian. yaitu hari berbangkit. Karena sesungguhnya Tuhan yang mampu menciptakannya dari semula mampu pula untuk mengembalikannya seperti keadaan semula, bahkan lebih mudah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt.:

وَهُوَ الَّذِي يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ

Dan Dialah Yang Menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27)

Firman Allah Swt.:

{خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ}

Dia diciptakan dari air yang terpancar. (Ath-Thariq: 6)

Yaitu air mani yang dipancarkan oleh laki-laki dan bertemu dengan indung telur wanita, maka terjadilah anak dari percampuran keduanya dengan seizin Allah Swt. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikut-nya:

{يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ}

yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7)

Yakni dari sulbi laki-laki dan dari tulang dada wanita.

Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yaitu sulbi laki-laki dan tara-ibul mar-ah (tulang dada wanita) yang warna air maninya kuning lagi agak encer, kejadian anak dari air mani keduanya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Mis'ar, bahwa ia pernah mendengar Al-Hakam menceritakan pendapat Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Lalu Ibnu Abbas mengatakan, "Inilah tara-ib," seraya meletakkan tangannya ke dadanya. Ad-Dahhak dan Atiyyah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa taribatul mar-ah artinya tempat kalung (liontin)nya. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah dan Sa'id ibnu Jubair.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tara-ib artinya di antara susunya. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa tara-ib ialah antara'kedua pundak sampai dada. Diriwayatkan pula dari Mujahid bahwa tara-ib berada di bawah kerongkongan. Diriwayatkan dari Ad-Dahhak bahwa tara-ib terletak di antara kedua susu, kedua kaki, dan kedua mata.

Al-Lais ibnu Sa'd telah meriwayatkan dari Ma'mar ibnu Abu Habibah Al-Madani, bahwa Al-Lais telah mendapat berita darinya sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7)

Bahwa yang dimaksud ialah tetesan hati, dari sanalah asal mula terjadinya anak. Diriwayatkan pula dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yakni di antara tulang sulbi dan bagian bawah kerongkongannya.

Firman Allah Swt.:

{إِنَّهُ عَلَى رَجْعِهِ لَقَادِرٌ}

Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah matinya). (Ath-Thariq: 8)

Sehubungan dengan makna ayat ini ada dua pendapat.

  • Pertama, mengatakan bahwa Allah berkuasa mengembalikan air mani yang telah terpancarkan ini ke tempat asalnya keluar. Hal ini dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, dan selain keduanya.

  • Pendapat yang kedua mengatakan, sesungguhnya Allah berkuasa menghidupkan kembali manusia yang diciptakan dari air mani ini sesudah matinya, lalu dibangkitkan untuk menuju negeri akhirat. Karena sesungguhnya Tuhan yang menciptakan dari semula mampu mengembalikan (menghidupkan) ciptaan-Nya seperti semula. Allah Swt. telah menyebutkan dalil yang menunjukkan hal ini di dalam Al-Qur'an di berbagai tempat. Pendapat ini dikatakan oleh Ad-Dahhak dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:

      {يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ}

      Pada hari ditampakkan segala rahasia. (Ath-Thariq: 9)

      Pada hari kiamat semua rahasia ditampakkan sehingga menjadi jelas dan terang, dan tiada lagi rahasia karena semuanya menjadi tampak kelihatan dan semua yang tadinya tersembunyi di hari itu menjadi kelihatan.

      Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Ibnu Ulnar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

      "يُرْفَعُ لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ عِنْدَ اسْتِهِ يُقَالُ: هَذِهِ غَدْرَةُ فُلَانِ بْنِ فُلَانٍ"

      Bagi tiap orang yang khianat dinaikkan (dipasang) bendera pada pantatnya, lalu dikatakan bahwa ini adalah pengkhianatan si Fulan bin Fulan.

      Firman Allah Swt.:

      {فَمَا لَهُ}

      maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu. (Ath-Thariq: 10)

      Yakni bagi manusia kelak di hari kiamat.

      {مِنْ قُوَّةٍ}

      satu kekuatan pun. (Ath-Thariq: 10)

      Maksudnya, kekuatan dalam dirinya.

      {وَلا نَاصِرٍ}

      dan tidak (pula) seorang penolong. (Ath-Thariq: 10)

      Yaitu dari luar dirinya. Dengan kata lain, tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari azab Allah dan tiada pula seorang pun yang dapat menolong orang lain dari azab Allah. 

    • وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ (11) وَالْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ (12) إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ (13) وَمَا هُوَ بِالْهَزْلِ (14) إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا (15) وَأَكِيدُ كَيْدًا (16) فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا (17)

      Demi langit yang mengandung hujan, dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan, sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang batil, dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau. Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya. Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar.

      Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-raj'u ialah hujan, dan diriwayatkan pula darinya bahwa yang dimaksud adalah awan yang mengandung air hujan. Menurut riwayat lainnya lagi yang juga bersumber darinya, sehubungan dengan makna firman-Nya:

      {وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ}

      Demi langit yang mengandung hujan. (Ath-Thariq: 11)

      Yakni menurunkan hujan, kemudian menurunkan hujannya lagi. Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang mengembalikan rezeki hamba-hamba setiap tahunnya; seandainya tidak demikian, niscaya binasalah mereka dan juga hewan ternak mereka.

      Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang kembali bintang-bintangnya, mataharinya, dan rembulannya datang dari arah ini.

      {وَالأرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ}

      dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan. (Ath-Thariq: 12)

      Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah terbelahnya bumi mengeluarkan tetumbuhannya. Hal yang sama dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Abu Malik, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan selain mereka yang bukan hanya seorang.

      Firman Allah Swt.:

      {إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ}

      sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang batil. (Ath-Thariq: 13)

      Ibnu Abbas mengatakan, faslun artinya yang hak atau yang benar. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah, sedangkan yang lain mengatakan hukum yang adil.

      {وَمَا هُوَ بِالْهَزْلِ}

      dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau. (Ath-Thariq: 14)

      Yakni bahkan Al-Qur'an itu sungguhan dan benar. Kemudian Allah menceritakan perihal orang-orang kafir, bahwa mereka mendustakan Al-Qur'an dan menghalang-halangi manusia dari mengikuti jalannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

      {إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا}

      Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. (Ath-Thariq: 15)

      Mereka membuat tipu daya dalam seruannya kepada manusia untuk mengelabui mereka agar menentang Al-Qur'an. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:

      {فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ}

      Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu. (Ath-Thariq:   17)

      Yakni berilah mereka masa tangguh dan janganlah kamu tergesa-gesa terhadap mereka.

      {أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا}

      yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (Ath-Thariq: 17)

      Maksudnya, waktu sebentar. Maka kelak kamu akan menyaksikan apa yang bakal menimpa mereka, yaitu azab, pembalasan, dan hukuman serta kehancuran. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:

      نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلًا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلى عَذابٍ غَلِيظٍ

      Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24)

      آخِرُ تَفْسِيرِ سُورَةِ "الطَّارِقِ" ولله الحمد

      Demikianlah akhir tafsir surat Ath-Thariq dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Swt. atas segala karunia-Nya.

    • Komentar